Denta denti kusuma warsa sarira cakra

Denta (gading), denti (gigi), kusuma (bunga), warsa (tahun atau hujan), sarira (badan), cakra (senjatanya kresna). Terjemahan bebasnya adalah gading atau gigi yang tumbuh tidak bisa dibenamkan lagi, bunga yang mekar tidak dapat dikuncupkan lagi, hujan yang turun tidak dapat dinaikkan lagi, darah yang keluar dari badan karena terkena senjata tajam tidak dapat disurutkan lagi.

Peribahasa ini menggambarkan hakikat atau sifat asli dari keadilan menurut pandangan orang Jawa. Artinya, yang benar tidak dapat disalahkan, yang salah tidak boleh dibenarkan. Bisa saja direkayasa, tetapi hasilnya hanya bersifat sementara atau tidak abadi. Cepat atau lambat akan mewujud sebagaimana aslinya. Yang salah kelihatan salah, yng benar tampak benar.


Peribahasa ini tidak berdiri sendiri, melainkan banyak peribahasa lain yang mendukung kebenaran isi pesannya. Seperti, bener ketenger, becik ketitik, ala ketara. Kemudian, sapa temen bakal tinemu, sapa salah bakal seleh. Ada lagi peribahasa lainnya, yaitu salah mesthi owah, bener terus nggejejer. Terkait dengan makna peribahasa tersebut, orang Jawa meyakini bahwa keadilan tidak dapat diputarbalikkan. Dan, siapa pun yang berani memutarbalikkan keadilan, dia akan memperoleh sanksi yang setimpal dengan perbuatannya itu.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar