Contoh sederhananya, ada seorang murid yang tidak masuk sekolah selama tiga hari dengan alasan sakit. Jika memang benar-benar sakit, sewaktu dia masuk, tentu tidak merasa takut dan gugup ketika ditanya gurunya mengenai sakit apa, berobat ke mana, dan selanjutnya. Si murid pasti menjawab apa adanya, sesuai yang dialami. Namun, jika dia memang sengaja membolos dengan alasan sakit, ketika ditanya tentu ada jawaban yang meleset, tidak masuk akal, ataupun mencurigakan.
Salah mesthi owah, bener terus nggejejer
Salah mesthi owah (salah pasti berubah), bener terus nggejejer (benar tetap berdiri tegak). Peribahasa ini menggambarkan bahwa setiap orang yang berbuat salah, di dalam hati kecilnya, pasti menyadari kesalahan tersebut. Maka, apabila dirinya menyangkal atau mengingkari, tentu telah terjadi perbedaan antara nalar dan perasaannya. Hal itulah yang sering membuat orang yang bersangkutan menjadi tidak stabil dalam berbicara atau berbuat. Berbeda halnya dengan orang yang memang benar. Seluruh kata dan perbuatannya terasa mantap karena tidak ada yang ditutupi-tutupi.
Contoh sederhananya, ada seorang murid yang tidak masuk sekolah selama tiga hari dengan alasan sakit. Jika memang benar-benar sakit, sewaktu dia masuk, tentu tidak merasa takut dan gugup ketika ditanya gurunya mengenai sakit apa, berobat ke mana, dan selanjutnya. Si murid pasti menjawab apa adanya, sesuai yang dialami. Namun, jika dia memang sengaja membolos dengan alasan sakit, ketika ditanya tentu ada jawaban yang meleset, tidak masuk akal, ataupun mencurigakan.
Contoh sederhananya, ada seorang murid yang tidak masuk sekolah selama tiga hari dengan alasan sakit. Jika memang benar-benar sakit, sewaktu dia masuk, tentu tidak merasa takut dan gugup ketika ditanya gurunya mengenai sakit apa, berobat ke mana, dan selanjutnya. Si murid pasti menjawab apa adanya, sesuai yang dialami. Namun, jika dia memang sengaja membolos dengan alasan sakit, ketika ditanya tentu ada jawaban yang meleset, tidak masuk akal, ataupun mencurigakan.
0 komentar:
Posting Komentar