Di masa lalu, sebelum dicanangkan program nasional Kelurga Berencana, banyak pasangan suami istri di Jawa yang memiliki anak lebih dari lima. Dengan anak sebanyak itu, apalagi penghasilannya terbatas atau pas-pasan, maka beban hidupnya pun sangat berat. Akibatnya, banyak anak yang tidak disekolahkan, atau hanya sampai kelas 3 SD kemudian keluar, membantu mencari nafkah untuk menunjang perekonomian keluarga.
Diam-diam, peribahasa kebo kabotan sungu juga menjadi jargon dalam penyuluhan KB sejak masa Orde Baru. Artinya, anjuran hanya memiliki dua anak (anak laki-laki atau anak perempuan sama saja) sering dikaitkan dengan peribahasa ini. Sesuai kodratnya, kerbau hanya mempunyai dua buah tanduk. Coba bayangkan kalau tanduknya sampai tiga atau empat, dia akan menderita karena tanduk yang berlebihan tersebut. Demikian pula manusia, dua anak cukup. Jika berlebihan, akibatnya anak-anaknya akan kurang terurus dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar