Dikempit kaya wade, dijuju kaya manuk

Dikempit kaya wade (dikempit seperti kain dagangan), dijuju kaya manuk (disuapi seperti anak burung). Satu peribahasa yang menjadi gambaran dari orang yang dipelihara, diasuh, dididik, dan diberi makan sebaik-baiknya oleh orang lain termasuk orang tuanya sendiri.

Pada masa lalu, di jawa terdapat pedagang keliling yang menawarkan kain panjang ataupun bahan baju, dari rumah ke rumah. Dagangan tersebut biasanya dibungkus dengan kain, terkadang digendong atau dikempit di ketiak. Bungkusan dagangan kain itu, dalam bahasa jawa disebut wade.

Biasanya, peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan perlakuan yang dianggap berlebihan terhadap orang lain. Misalnya, perlakuan orang tua terhadap anak, di mana si anak benar- benar disamakan dengan barang berharga yang harus dilindungi dan dijaga dengan ketat. Untuk menunjukkan kasih sayang orang tua, si anak dijaga dan dilindungi tak ubahnya “barang berharga”. Bahkan, sampai-sampai keadaan anak itu bagai “anak burung” yang terus disuapi dan tidak boleh bersusah payah mencari makan sendiri.

Perlakuan yang berlebihan terhadap anak, menurut adat tradisi jawa, cenderung tidak dibenarkan. Sebab, dengan cara mengasuh dan menyayangi seperti itu, si anak akan menjadi manja, lemah, jiwanya kurang berkembang, dan akhirnya sulit untuk mandiri.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar