Di sisi lain, peribahasa ini ingin menyampaikan bahwa orang berilmu tinggi belum tentu memiliki budi pekerti yang baik. Demikian pula sebaliknya, orang berbudi pekerti baik belum tentu ilmunya tinggi. Contohnya, banyak pejabat pusat ataupun daerah terlibat korupsi. Padahal, semuanya berpendidikan tinggi, kehidupannya pun mapan dan berkecukupan. Artinya, drajad, pangkat, semat, mereka punya. Mengapa masih juga korupsi?
Wabah korupsi di kalangan pejabat negara Indonesia membuktikan bahwa antara pendidikan (ilmu pengetahuan) dan budi pekerti seseorang terkadang memang tidak sejalan. Pendidikan berpengaruh mencerdaskan nalar atau rasio. Lain halnya dengan budi pekerti yang memiliki posisi berbeda dengan ilmu. Budi adalah alat batin yang merupakan perpaduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Sedangkan pekerti adalah perangai, tabiat, akhlak, watak, atau perbuatan. Jadi ilmu saja belum cukup untuk membangun budi pekerti yang baik bagi kebanyakan orang.
0 komentar:
Posting Komentar