Curiga manjing warangka, warangka manjing curiga

Curiga manjing warangka (keris masuk sarungnya), warangka manjing curiga (sarung keris masuk kerisnya). Peribahasa ini merupakan gambaran dari cita-cita ideal tentang hubungan pemimpin dengan rakyatnya di Jawa. Di mana pemimpin memahami aspirasi rakyat dan mau menyantuni mereka dengan baik, sehingga rakyat bersedia mengabdikan diri dengan ikhlas kepada sang pemimpin.

Hakikatnya, pemimpin memang harus menjaga, mengayomi, menata, dan menghidupkan semangat rakyat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Sebaliknya, rakyat pun harus bersedia “mengabdikan diri” kepada pemimpin, dengan cara melaksanakan segala kebijakannya, sehingga terjadi harmonisasi dalam tata kehidupan masyarakat.


Dalam konteks ungkapan tersebut, pemimpin dilambangkan sebagai keris yang dimaksudkan ke dalam sarungnya (masyarakat yang dipimpin). Dengan demikian, tentu akan bermasalah jika keris terlampau panjang atau sarungnya terlalu pendek. Akan tidak masuk juga ketika keris itu terlampau besar atau sarungnya begitu kecil, dan selanjutnya. Demikian pula hubungan antara pemimpin dan rakyatnya. Kehidupan di sana akan senantiasa dirundung masalah jika terjadi ketidaksesuaian, ketidakserasian, perbedaan sikap, pendapat, pikiran, serta orientasi dari masing-masing pihak.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar