Kaineban lawang tobat

Kaineban (tertutup), lawang tobat (pintu taubat). Peribahasa ini menggambarkan nasib seseorang yang keburu meninggal, sehingga tidak sempat bertaubat demi memperbaiki sikap atau perilakunya yang buruk (banyak berdosa) selama di dunia.

Contohnya, seorang pencuri yang tengah menjalankan aksinya di sebuah desa dan tertangkap. Seperti kebiasan yang telah lazim di mana-mana, begitu tertangkap, masyarakat menghajar si pencuri habis-habisan. Akibatnya, pencuri itu tewas mengenaskan. Mati sebagai pencuri, menurut pandangan orang jawa, benar-benar merupakan aib. Buka saja bagi diri sendiri, tetapi juga dirasakan oleh keluarga, sahabat, serta masyarakat di lingkungannya.
 

Apa yang digambarkan oleh peribahasa ini sebaiknya jangan sampai terjadi pada diri kita. Memang, setiap orang mempunyai salah dan dosa. Namun, secepatnya harus disadari. Bahwa seluruh perbuatan dosa itu akan memperoleh balasannya di akhirat nanti. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit, bergegaslah mengurangi keburukan dosa diri. Atau dengan kata lain, segeralah bertaubat sebelum dijemput maut. Sebab, jika sudah terlambat, sudah kaineban lawang tobat, tidak ada lagi yang dapat diperbaiki. Tidak ada lagi cara untuk menghapus noktah hitam yang diperbuat selama menjadi manusia.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar