Tepa slira

Tepa (ukuran), slira (badan). Jelasnya, diukur atau dikenakan di badan sendiri, atau ditepakake awake dhewe. Jadi yang dimaksud tepa slira adalah imbauan agar segala sesuatu yang terjadi diusahakan untuk diukur atau diterapkan pada diri sendiri. Dengan demikian, sikap dan perbuatan kita tidak akan semena-mena, atau semau sendiri tanpa mempedulikan orang lain.


Tepa slira merupakan salah satu ajaran penting di jawa dalam menciptakan tenggang rasa. Contohnya, kalau merasa sakit ketika dicubit, maka janganlah mencubit orang lain. Jika tersinggung kalau diejek mengenai kelemahan diri sendiri, maka jangan pula mengejek kelemahan orang lain, karena dia juga pasti tersinggung.

Dengan memiliki kebiasaan mengukur (menerapkan) segala sesuatu di badan sendiri, orang yang bersangkutan akan selalu berusaha menghargai orang lain. Tutur katanya dijaga agar tidak menyinggung (menyakiti) siapa pun lawan bicaranya, perangainya lembut karena menyadari bahwa hidupnya tidak mungkin sendirian dan selalu membutuhkan orang lain. Orang yang telah mengamalkan sifat tepa slira akan jauh dari sikap gumedhe (merasa besar), kuminter(merasa pandai), sawiyah-wiyah (semena-mena), kumalungkung (angkuh), daksiya (suka menyiksa), dan sebagainya yang tidak disukai, menyakitkan, dan merugikan orang lain.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar