Susah padha susah, seneng padha seneng, eling padha eling, pring padha pring

Susah padha susah (susah sama susah), seneng padha seneng (senang sama senang), eling padha eling (ingat sama ingat), pring padha pring (bambu sama bambu). Peribahasa ini merupakan salah satu matra ajaran R.M. Sosrokartono, yang bermakna orang harus bisa menyatu dengan masyarakatnya. Senang susah dirasakan bersama. Di samping itu, harus selalu ingat bahwa manusia itu pada hakikatnya sama dengan manusia yang lain. Di sini, sanepa atau padanan pring padha pring dikutip dari tembang Jawa, “pring padha pring”, sebagai kiasan bahwa manusia sama dengan manusia yang lain.

Dengan memiliki semangat dan mampu melakukan nilai-nilai seperti tertera dalam peribahasa ini, manusia akan menemukan ketentraman, kecintaan dan pertolongan dari banyak orang. Di samping itu, peribahasa ini juga menunjukkan betapa tebalnya semangat patembayatan atau kebersamaan yang dicita-citakan orang Jawa. Artinya, kebersamaan tersebut bukan semata-mata dalam tataran wadag atau fisik, tetapi dilandasi oleh kedekatan batin di antara setiap pribadi. Apabila digambarkan secara nyata, patembayatan yang disampaikan dalam peribahasa ini sebagaimana “rumpun bambu”. Di sana hanya terdapat batang bambu, besar dan kecil menyatu, membentuk ikatan yang kuat.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar