Sapa luwih ora kena muni luweh

Sapa luwih (siapa berlebih), ora kena (tidak boleh), muni luweh (bilang biarlah). Peribahasa ini merupakan imbauan atau peringatan bahwa mereka yang mempunyai kelebihan (harta, ilmu, atau keterampilan) jangan sampai tidak peduli atau menutup mata terhadap orang lain yang membutuhkan apa yang dimiliki tersebut.
 

Tidak peduli terhadap kondisi orang lain memang tidak salah. Tetapi, di Jawa, hal tersebut merupakan sikap tercela. Orang yang tidak ambil pusing dengan beban permasalahan lingkungan terdekatnya, sama halnya mengingkari adanya semangat gotong royong yang telah berurat akar dalam adat budaya nusantara.
 

Misalnya, kita punya mobil, sedangkan tetangga sebelah tengah sakit dan butuh segera dibawa ke rumah sakit. Sebaiknya, langsung kita antarkan si sakit dengan mobil kita, tanpa harus diminta oleh keluarganya. Sewaktu panen mangga, sewajarnya tetangga diberi kesempatan untuk turut mencicipi mangga itu. Soalnya, setiap orang suatu saat pasti memerlukan “kelebihan” orang lain.
 

Bagaimana jadinya jika suatu saat ada kematian, kemudian orang-orang tidak melayat dengan alasan “tidak punya waktu luang” karena sibuk mengerjakan pekerjaan sendiri? Meskipun hanya “waktu luang”, kadang kita tetap memerlukan sumbangan seperti itu dari orang lain.
SHARE

Bocah Jawa

Hanya seorang bocah yang ingin menguri-uri budaya jawa yang mulai terkikis

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar